
Kecepatan Memproses, Mengingat, Dan Memecahkan Masalah
Sekarang telah diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa orang-orang dewasa lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya dan secara efektif menggunakan imajinasi mentalnya di dalam ingatan.
Meskipun kecepatan memproses informasi kita secara pelan-pelan menurun pada masa dewasa akhir, namun terdapat variasi individual di dalam kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi, hal ini tidak secara jelas menunjukkan pengaruhnya terhadap kehidupan kita di dalam beberapa segi yang substansial.
Penggantian pengalaman mungkin bisa menjelaskan bagaimana orang-orang yang lebih tua mempertahankan keterampilan-keterampilan mereka pada beberapa wilayah-wilayah kognitif, diantaranya ingatan dan pemecahan masalah. Jika kita mengamati ingatan dan pemecahan masalah di dalam dunia nyata, kita mungkin menemukan sedikit penurunan pada masa dewasa akhir.
Pendidikan, Pekerjaan, dan Kesehatan
Pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan adalah tiga komponen yang paling berpengaruh dalam fungsi kognitif dari orang-orang dewasa lanjut. Pada saat ini mereka telah memperoleh pendidikan yang lebih baik. Pendidikan memiliki korelasi positif dengan skor-skor pada tes-tes intelegensi. Orang-orang dewasa lanjut mungkin melanjutkan pendidikan untuk sejumlah alasan.
Pengalaman kerja menekankan pada orientasi kognitif. Peningkatan penekanan pada proses informasi di dalam pekerjaannya mungkin mempertinggi kecakapan intelektual individu. Sedangkan, kesehatan yang buruk berkaitan dengan tes-tes intelegensi pada masa dewasa akhir. Olahraga terkait dengan perbaikan fungsi kognitif diantara orang-rang dewasa usia lanjut.
Fase Penurunan
Hipotesis fase penurunan (terminal drop hypotesis), yang menyatakan bahwa kematian didahului oleh suatu pengurangan fungsi kognitif kira-kira pada suatu periode 5 tahun pertama sebelum kematian. Jadi jarak dari kematian pada suatu populasi yang kemudian meninggal seharusnya berkorelasi dengan kemampuan pada tes-tes fungsi kognitif yang diberikan pada mereka sepanjang periode kritis 5 tahun.
Pada penelitian-penelitian yang membandingkan orang-orang dewasa lanjut dan dewasa muda yang mungkin berada pada periode 5 tahun dari kematiannya. Penyakit-penyakit kronis yang dialami orang-orang dewasa lanjut ini mungkin dapat menurunkan motivasi, kewaspadaan serta energi untuk menunjukkan kompetensi mereka ketika menjalankan tes fungsi kognitif.
Kebijaksanaan
Kebijaksanaan merupakan pengetahuan seseorang ahli mengenai aspek-aspek praktis dari kehidupan yang memungkinkan munculnya keputusan yang bermutu mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan. Satu aspek dari kebijaksanaan yang terlihat meningkat saat orang beranjak tua adalah ia menjadi lebih fleksibel di dalam mengubah dan mengakomodasi tujuan-tujuan hidup terhadap keadaan kehidupan yang baru dan kondisi-kondisi pribadi yang baru (Brandstadter & Renner, 1990). Orang-orang dewasa lanjut seperti halnya mereka yang lebih muda lebih cenderung mencari kepuasan dari pada mencari kesenangan yang sukar diperoleh (Dittman-Kohli,1992)
Penalaran Mekanik Dan Penalaran Pragmatis
Penalaran mekanik merupakan perangkat keras dari pikiran dan merefleksikan rancangan neurofisiologis dari otak yang berkembang secara evolutif. Pada tingkat operasional, penalaran kognitif melibatkan kecepatan dan ketepatan memproses, termasuk masukan sensoris, ingatan visual dan motorik, pembedaan, perbandingan, dan pengkategorisasian. Karena pengaruh yang kuat dari faktor biologis, hereditas, dan kesehatan pada penalaran mekanik, maka penurunan penalaran mekanik menjadi mungkin seiring dengan proses penuaan.
Sebaliknya penalaran pragmatis (cognitive pragmatis) merujuk pada dasar kultural ”perangkat lunak” dari pikiran. Pada tingkat operasional, penalran pragmatis termasuk keterampilan membaca, menulis, berbahasa, kualifikasi pendidikan, keterampilan-ketrampilan profesional, dan juga tipe-tipe pengetahuan mengenai diri dan keterampilan-ketrampilan hidup yang membantu kita untuk menguasai dan mengatasi kehidupan.
Karena pengaruh yang kuat dari kebudayaan, terhadap penalaran pragmatis maka peningkatan penalaran pragmatis pada usia lanjut menjadi mungkin. Penalaran ini akan tetap meningkat pada usia lanjut meskipun dengan adanya penurunan pada penalaran mekanik.
Karakteristik orang dewasa adalah:
• Konsep diri orang dewasa berubah, dari seseorang yang tergantung menjadi mengatur diri sendiri
• Orang dewasa memiliki sejumlah pengalaman dan pemahaman yang semakin banyak, yang berfungsi sebagai sumber daya pembelajaran yang kaya
• Kebutuhan untuk belajar akan lebih banyak berorientasi pada tugas perkembangan dari peran sosial
• Perspektif orang dewasa dalam menggunakan pengetahuan berubah dari penerapan yang tertunda menjadi penerapan segera
Implikasinya dalam pembelajaran orang dewasa:
• Perlu ada lingkungan yang aman bagi orang dewasa untuk bisa belajar
• Perlu ada diagnosa tentang kebutuhan dan tujuan yang diharapkan bersama dari suatu proses pembelajaran
• Perlu ada interaksi dan partisipasi aktif dalam proses pembelajaran
• Perlu ada kepekaan bagaimana menyusun suatu program pembelajaran yang efektif, yang memikirkan bagaimana cara orang dewasa belajar, dan diorganisasikan untuk memaksimalkan keinginan dan kemampuan orang dewasa dalam belajar.
KARAKTERISTIK POD
pada kenyataannya, dewasa berbeda dengan pemuda, dan perbedaan ini ada implikasinya bagi pengajaran.
1. Orang Dewasa Telah Memiliki Lebih Banyak Pengalaman Hidup
2. Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar.
3. Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peranan Dan Tanggung Jawab
4. Kurang Kepercayaan pada Kemampuan Diri untuk Belajar Kembali
5. Orang Dewasa lebih Beragam dari Para Pemuda
6. Makna Belajar bagi Orang Dewasa
BEBERAPA ASUMSI DASAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BELAJAR
Menurut Knowles, Merjan, dan Jervis, teori andragogi adalah teknologi keterlibatan ego, yang berarti bahwa keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa terletak pada keterlibatan ego mereka dalam proses pembelajarannya. Asumsi yang dijadikan landasan dimaksud adalah seperti berikut :
1. Konsep Diri
Beberapa implikasi dari asumsi konsep diri terhadap belajar bagi orang dewasa, diantaranya:
a. iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa, baik ruangan yang digunakan maupun peralatan.
b. Pebelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya.
c. Pebelajar dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.
d. Dalam proses belajar mengajar merupakan tanggung jawab bersama antara pembelajar dan pebelajar.
e. Evaluasi belajar dalam proses belajar secara andragogi menekankan kepada evaluasi diri.
2. Pengalaman
a. orang dewasa merupakan pebelajar yang lebih kaya dibandingkan anak-anak.
b. Penekanan pada proses belajar pada aplikasi praktis.
c. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman
3. Kesiapan Untuk belajar
Hasil studi terakhir menunjukkan bahwa orang dewasa mempunyai masa kesiapan untuk belajar. Robert J.Havighurts (1953) membagi masa dewasa itu atas 3 fase yaitu (1). Masa dewasa awal umur antara 18-30 tahun; (2). Masa dewasa pertengahan umur antara 30-55 tahun; dan (3). Masa dewasa akhir berumur antara 55 tahun lebih.
4. Orientasi Terhadap Belajar
Implikasi adanya perbedaan dalam orientasi terhadap belajar antara orang dewasa dan orang dewasa adalah :
a. Para pendidik orang dewasa bukanlah berperan sebagai guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi sebagai pemberi bantuan bagi orang yang belajar.
b. Kurikulum dalam pendidikan orang dewasa tidak berorientasikan kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi pada masalah.
c. Oleh karena orang dewasa dalam belajar berorientasi kepada masalah maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula masalah atau pelatihan yang ada pada benak mereka.
BEBERAPA ASUMSI BELAJAR
1. Orang dewasa dapat belajar
-Kemampuan belajar masih tetap ada sepanjang hidup .
2. Belajar adalah proses dari dalam
-Belajar merupakan proses dari dalam yang dikontrol langsung oleh peserta sendiri serta melibatkan dirinya, termasuk fungsi intelek, emosi, dan fisiknya.
3. Kondisi belajar dan prinsip-prinsip belajar
Adapun langkah-langkah yang bisa diterapkan antara lain:
1) Menciptakan iklim belajar yang cocok
2) Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif
3) Mendiagnosis kebutuhan belajar
4) Merumuskan tujuan belajar
5) Melaksanakan kegiatan belajar
6) evaluasi
TUJUAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Menurut Houle (1972), ada enam orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa, yaitu:
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
PERTIMBANGAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Hal ini dangat diperlukan untuk membimbing seseorang untuk mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan. Berpikir filosofis berdasarkan 2 pendekatan:
1. Pendekatan ilmiah
2. Pendekatan filosofis
Ada lima alasan yang dikemukakan untuk berpikir filosofis :
1. Perlu ada acuan pertanyaan apabila ingin menetapkan program yang akan datang.
2. Pendidik orang dewasa sering kali merasa bagian kecil dari suatu lembaga.
3. Pendidikan membutuhkan landasan untuk menilai keterkaitan antar persoalan/ masalah.
4. Pendidik perlu melihat keterkaitan antara pendidikan orang dewasa dengan aktivitas masyarakat
5. Suatu cara berpikir filosofis yang dikembangkan dengan pertanyaan mendasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar